Meratus Adventure - Part 5
Cerita Mistis Pendakian Merah Putih Part 3
Hutan Kondisi Malam Angker
Sayup-sayup malam mendaki dari Tiranggang dan mendaki dengan keringat bercucuran seukuran biji jagung ditengah gelap malam.
Jam 19.18 kami mendaki jalanan menuju Penyaungan. Jalan setapak menanjak, ada pohon besar tumbang, pohon tersebut sebagai sarana untuk menaiki bukit yang landai.
Tiba-tiba jalan menjadi 3 arah, kami bingung mau kemana lewat ! Disitulah bau wewangian timbul. Ada bayangan hitam dibalik semak-semak hilir mudik. Dan suara burung malam menambah eksotisme hawa mistis dalam pendakian menuju puncak.
Mas Chandra teman di Angkringan adalah seorang spiritualis, dia dulu pernah melakukan penerawangan secara gaib di gunung Halau dan ternyata gunung tersebut adalah kerajaaan alam sebelah (dedemit) dan ada pintu gerbangnya. Dia tidak sanggup menerawang masuk kedalam gerbang kerajaan itu karena ada makhluk halus yang menjaga dengan kuat.
Dari 3 jalanan tersebut kami terpaksa berhenti, lampu flash light (senter) menjadi redup karena daya senter sudah mulai menipis. Iki menjadi ketakutan. Udara malam mulai menusuk ke persendian tulang.
Cara Membebaskan Makhluk Gaib
Aku teringat cara membebaskan gangguan makhluk gaib yang diajarkan bapakku.
Membaca dzikir: Lailahaila'alah simpan dibawah pusar dengan tarik napas panjang dan dihembuskan perlahan. Sambil kedua jempol tangan di genggam erat mengepal.
Cara tersebut dapat menghindarkan gangguan dari makhluk halus.
Kemudian aku mengingatkan kepada Iki jangan melamun dihutan dan jaga mulut (dilarang berkata kotor) karena hal tersebut dapat menyebabkan kita diganggu dan dirasuki makhluk halus.
Larangan di Hutan
Larangan lain di Hutan adalah:
- Kencing dan buang air sembarangan di bawah pohon besar yang rindang.
- Membakar ikan panggang di hutan.
- Membuang sampah sembarangan di hutan.
- Meludah sembarangan.
- Bersiul di tengah malam.
Cerita Mistis Pendakian di Gunung
Sekilas cerita mistis :
Dulu ada kisah dari penduduk lokal bahwa ada sekelompok pendaki yang kehilangan anggotanya selama beberapa hari, dulunya dia kecapekan dan terpaksa berhenti sendiri dan ditinggal anggota lainnya. Dia duduk dan melamun, selang beberapa menit ada anak-anak kecil serombongan yang mengajak dia bermain dan dia diajak jalan menuju ke alam sebelah, ternyata anak-anak tersebut adalah makhluk halus. Selama 3 hari dia di cari tim SAR dan anggotanya dan tidak ditemukan, kemudian kepala suku Dayak Meratus melakukan ritual dan dia ditemukan dipohon besar dengan tidur telungkup.
Kejadian lainnya adalah ada teman di gunung Sumbing bercerita, karena temannya merasa jago, gaya dan sombong, temannya sering berkata kotor terutama berkata organ intim, akibatnya mulutnya kena hajar tangan besar entah itu tangan siapa, yang mengakibatkan mulutnya peyok kesebelah dan susah untuk dikembalikan ke asal, seketika itu temannya pingsan dan sewaktu sadar dia susah untuk besuara.
Temuan lainnya adalah ada teman yang bersiul di hutan yang angker ditengah malam, dia didatangi mamang (hantu api dalam bahasa jawa) dan si mamang akan mengejar orang yang bersiul ditengah malam itu sampai dapat, jika kena dia akan menjadi gendeng (gila). Penangkalnya mudah bro, khusus hantu itu, jika dia mengejar kita, maka jangan lari, buka celana dan perlihatkan bokong kita maka hantu tersebut akan kabur karena takut melihat muka bokong kita.
Kecuali hantu kepala api (ganas pati) tidak mempan dengan bokong kita, maka sobat harus baca doa selamat dan surat An-naas, jika tidak ! Bisa dimakan kita. Karena dia hantu jenis karnivora bro, hehehe..
Dulu temanku pernah mengalami kecelakaan di jalan raya, sebab sebelum kecelakaan dia pernah kencing di bawah pohon besar yang rindang dan ternyata pohon tersebut ada penghuninya, tiba-tiba ada suara aneh berkata: "kamu telah merusak rumahku maka tunggu pembalasanku". Akibatnya dia menabrak bis yang berhenti di depannya pas di tempat pohon besar itu.
Ada cerita penduduk lokal, dulu ada anak-anak yang ke hutan dengan bakar - bakar ikan panggang, kemudian mereka diganggu oleh kuntilanak dan bangsa lelembut lainnya karena bau sedap ikan panggang yang mereka bakar mengundang bangsa lelembut untuk datang.
Ada cerita pendakian yang sering meludah sembarangan, tidak sengaja kena muka bangsa lelembut yang jalan, kita tidak melihat keberadaan mereka, akibatnya dia ditimpa sial, dia didorong oleh bangsa lelembut dan jatuh tersangkut di bibir jurang karena ludahnya.
Jalan mana yang kupilih ada 3 jalan, padahal dulu ada satu jalan !
Akhirnya aku berhenti sejenak dan berdzikir serta minta ijin yang menguasai wilayah gunung untuk tidak diganggu dan kamipun tidak akan mengganggu mereka.
Aku dulu diajari tata krama dan cara menundukkan makhluk gaib saat belajar beladiri di Jawa, ternyata dengan caraku tersebut akhirnya jalan menjadi satu dan kami tidak diganggu lagi. Iki lemas ketakutan, tapi kusuport, kita berdua dan pohon-pohon menjadi saksi kekuatan mental dan fisik-mu. Kamu harus tegar dan kuat menjadi laki-laki jangan cemen. Imbuhku.
Dia lebih semangat lagi namun perut mulai keroncongan dan terpaksa kami duduk di pohon yang tumbang dalam gelap gulita malam disaksikan pohon-pohon hutan makan gula merah untuk menambah power agar tidak drop fisik sambil membayangkan masa depan dan melihat bintang bertebaran di cakrawala di balik dahan pohon yang menutupi langit, merenungi masa lalu.
Penyaungan bawah.
Alhamdulilah kami tiba di penyaungan bawah tepat jam 23.47 karena banyak berhentinya. Dan kami set up tenda dan berkemah sampai pagi.
Di situ ada sekelompok orang bercanda di dalam tenda dan slebihnya duduk diluar tenda menghadap api unggun, ada 7 tenda yang dipasang dan aku diantaranya. Setelah tenda jadi nafsu makan hilang karena kecapekan dan Iki pun tidur dan aku bisa konsen sembahyang dan latihan bioenergi sebentar.
Latihan Bioenergi di hutan untuk melatih intuisi dan sense
Jam 1.13 aku berlatih Bioenergi di dalam tenda dan merasakan bahwa latihan di gunung bagus untuk melatih intuisi dan sense. Seperti yang diajarkan bapak Ramadhani.
Dalam latihan tersebut, kurasakan angin di hutan berhembus pelan dan smootly, intensitas angin berirama dan menggoyangkan dahan - dahan hutan, tidak ada nyamuk maupun binatang kecil yang mengganggu. Hawa prana jam tersebut meningkat drastis menunju puncak.
Pengalaman spiritualitas ini berbeda jika kulatih dirumah, dirumah godaan begitu banyak dan di hutan yang hening latihan tersebut membawa aku kedalam alam sunyoluri, dalam bahasa metafisika disebut alam ketenangan dan kedamaian.
Jam 2.36 akupun meyudahi latihan dan mulai menata tempat tidur dan tidur pulas.
Hari ketiga (17 Agustus 2016)
Penyaungan bawah - Penyaungan atas.
Jam 5.17 aku bangun pagi dan membangunkan Iki, untuk melihat sunrise, namun dia susah untuk dibangunkan karena masih merasa letih dan aku sembahyang sebentar, kemudian berencana membuat api unggun.
Kubuka resleting tenda dan kuhirup udara pagi yang dingin, hmmmmmm..... segar. Lebih segar dari udara di kota. Thanks God.
Pagi hari banyak suara burung berkicau dan bersahutan membentuk irama terapi dalam kesejukan menyambut pagi hari tepat tanggal 17 Agustus 2016.
Aku numpang di tenda teman sebelah untuk menghangatkan badan dan kedua tangan kujulurkan kedepan dekat api unggun yang membara wah... hangat bro seperti panasnya alat terapiku ( Infra Merah), hehehehehe...
Kemudian berbincang dengan teman di dekat tenda.
Aku : Dari mana mas ?
Teman : Ulun dari Banjarbaru mas ae, pian dari mana? ( Bhs Banjar: Saya dari Banjarbaru mas, Anda dari mana?)
Aku : Ulun dari Tanjung, handak melihat sunrise kah pian? (Bhs Banjar: Mau melihat Sunrise ya?
Teman : Kada ulun handak memasak dulu kaina siang ulun handak tulak keatas. (Bhs Banjar: Tidak saya mau memasak dulu ntar siang cabut kepuncak).
Jam 7.12 kubangunkan Iki dan kuancam kutinggal jika masih tidur, dan dia nurut ikut aku dengan nada kesal dan muka cemberut, karena takut ditinggal.
Saat dia mau melepas tenda, aku sarankan jangan di lepas tenda dan segera kita ke puncak karena acara upacara 17 Agustus menghitung detik - detik perjuangan kita kesana.
Pengibaran Merah Putih Di Puncak Gunung
Penyaungan Atas - Puncak
Jam 8.52 menit aku dan Iki sudah sampai ke Penyaungan atas, disitu puluhan tenda berwatna - warni menghiasi penyaungan atas yang tanahnya berbentuk datar dan ratusan orang bercengkrama bagaikan pasar. Wah ramai, Iki terpesona.
Jam 9.07 aku sudah sampai puncak gunung Halau dan bersyukur telah sampai ke Puncak dengan 3 hari perjalanan dan membuahkan hasil.
Merdeka... Teriaku ! Dan disambut kata merdeka... Oleh para peserta pendakian lainnya.
Dan kamipun foto dan berkenalan dengan Panitia, Anggota Mapala, Himapala, Peserta pendakian dan Peserta umum lainnya, seperti foto di bawah:
Foto dengan Panitia Pendakian Merah Putih
Pengibaran Bendera Merah Putih
Foto Iki
Foto Panitia dan anggota ORARI
Foto bersama Himapala Kutai kartanegara dan Himpa Balikpapan
Daftar Cerita Bersambung Camping Part 1 - 17 Petualangan Sterno
Kami pun ikut upacara pengibaran bendera, tepat detik-detik Proklamasi 17 Agustus 2016 jam 10.00 dan disaksikan awan dan langit diatas puncak gunung Halau - Halau.
- Meratus Adventure Part 1
- Meratus Adventure Part 2
- Meratus Adventure Part 3
- Meratus Adventure Part 4
- Meratus Adventure Part 5
- Meratus Adventure Part 6
- Meratus Adventure Part 7
- Meratus Adventure Part 8
- Meratus Adventure Part 9
- Meratus Adventure Part 10
- Meratus Adventure Part 11
- Meratus Adventure Part 12
- Meratus Adventure Part 13
- Meratus Adventure Part 14
- Meratus Adventure Part 15
- Meratus Adventure Part 16
- Meratus Adventure Part 17
Kami pun ikut upacara pengibaran bendera, tepat detik-detik Proklamasi 17 Agustus 2016 jam 10.00 dan disaksikan awan dan langit diatas puncak gunung Halau - Halau.
Kami berdoa untuk kesuksesan diri sendiri, kesuksesan negara dan kemerdekan bangsa Indonesia merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.
Ikuti selanjutnya : Meratus Adventure - Part 6 (Ilmu botani dan Kelompok pencinta Flora dan Fauna).