<!----><head> Page Not Found
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Meratus Adventure - Part 4

Cerita Mistis dan Pendakian Merah Putih


Cerita Mistis dan Pendakian Merah Putih Part 2


Jam 5.46 pagi kami bangun pagi dengan ramainya orang mulai bercanda, di tengah tawa mereka, kami dibangunkan dengan suara gemuruh tawa bahwa pagi telah tiba. Thanks God perjalanan yang melelahkan.

Hari Kedua (16 Agustus 2016)
Pos 1 - Pos 3 (Tiranggang)

Pagi hari, hampir jam 6.00 kami bangun dan sembahyang sebentar, kemudian membuka resleting tenda dan menghirup udara sekitar, hmmm... Segar udara pagi, lebih segar daripada di kota, udara di hutan masih bersih dan dingin, thanks God.

Lalu aku membangunkan Iki dan mulai prepare untuk melanjutkan perjalanan. Namun dia susah untuk dibangunkan, karena masih merasa letih. Lalu aku bercakap dengan peserta lain pendakian dan panitia. Ada yang dari Kaltim, Kalteng, Nusatenggara, Jawa, Lampung, Sulawesi, dll

Menurut panitia setempat yang ikut pendakian sekitar 600-an orang. Aku duduk didepan api unggun dan kulihati bahwa tenda sedikit basah, aku tanya ke peserta lain, bahwa tadi malam ada hujan deras dan kami pun tidak mendengar suara hujan karena kecapekan dan ngantuk skala berat di dalam tenda.

Aku minta air panas dan kutuangkan di gelas stainlesstelku, lalu kubuka saset Good Day, hmmm... lega rasanya (Sruput dulu kopi Good Daynya, hehehe..).

Lalu kami berbincang sampai jam 7.42 dan Iki pun bangun. Lalu aku menyuruh Iki untuk bersiap membongkar tenda dan masak di pancuran air kurang lebih 15 menit perjalanan dari Pos 1. 

Soalnya di Pos 1 tidak ada air maka untuk masak aja susah, sedangkan bekal air minum kami mulai menipis. Aku membawa 2 botol Aqua besar 1,5 liter sedang Iki sama juga membawa 2 botol Aqua besar 1,5 liter, hanya satu botol yang terisi air lainnya habis selama perjalanan trek dari desa Kiyu.

Setelah merapikan alat tenda kami mencari pancuran air untuk masak dan mengisi botol Aqua dengan air pancuran.

Memasak Di Hutan Dengan Ranting Kayu Yang Berserakan


memasak di hutan meratus dengan kayu yang berserakan

Foto memasak di tengah hutan dekat pancuran air, sekitar 15 menit dari Pos 1

Karena peralatan masak portable hilang jadi terpaksa mengakali dengan dandang kecil dan bahan bakar dari kayu yang berserakan serta melimpah di hutan. Tapi kayunya basah karena hujan tadi malam dan susah untuk disulut dengan api, jadi kami kupas kulit kayunya dan cari 3 buah batu besar dan disusun seperti gambar diatas. Belajar untuk survival.

Aku membasuh wajah dan mandi kecil, waw... dingin airnya dan jernih banget, jadi bisa untuk di minum langsung tanpa direbus. Aku isi 3 botol Aqua 1,5 liter kosong langsung lewat pancuran air yang ada dibelakang foto Iki.

Nasi masak jika diaduk terus sampai airnya habis, lalu kami goreng ikan asin dan makan bersama Iki dibawah air pancuran. enak tanpa kecap dan bumbu, hehehehe..

Jam 9.38 kami melanjutkan perjalanan sampai ke pos 2 (Pos Bayangan) hujan mengguyur begitu derasnya sehingga kami basah kuyup ditengah hutan rimba. Namun kami tetap melanjutkan perjalanan, jalanan semakin becek dan akhirnya kami terpeleset dan jatuh dikubangan lumpur hutan. 

Iki berseru: "Wah ini perjalanan yang tak mungkin kulupakan seumur hidup".

Aku sampai belasan kali terpeleset karena jalan yang curam dan licin oleh hujan deras. Dan akhirnya baju kami jadi belepotan oleh lumpur, mau tidak mau kami harus istirahat dari terpaan hujan deras dan duduk di pohon besar dengan diameter lebih dari 10 meter. Setelah hujan reda kami foto dan berganti baju.

"Jatuh dan bangun dalam perjalanan hidup adalah pengalaman mental dan fisik yang biasa dilalui oleh setiap insan untuk mencapai kesuksesan".

pohon hutan meratus

Foto didepan pohon diperjalanan Pos 1 - Pos 2

pohon hutan meratus yang besar


Rute dari Pos 1 ke Pos 2 jalanan turun terus, kadangkala ada tanjakan sedikit dan jalan datar namun kondisi hujan merubah jalan yang padat menjadi becek. Turun bukit satu dan turun ke sungai akhirnya sampai di sungai ke tiga dan naik bukit sedikit akhirnya sudah sampai ke Pos Bayangan ( Pos 2). Dari sungai itu kami membersihkan tubuh dan baju dari lumpur hutan. 

Selama perjalanan kami bertemu dengan para pendaki lainnya yang jatuh bangun oleh licinnya medan. Dan bertegur sapa dengan HIMAPALA Jogjakarta.

HIMA : Asem kok adohe cah teko Pos 2, klambi reget kabeh karo endut alas (Bhs Jawa: Kok jauhnya ya jarak ke Pos 2 harus berkelahi dengan lumpur hutan).
Aku: Sangkeng pundi jenengan? (Bhs Jawa: Asalnya darimana mas?)
HIMA: Awake dewe soko Jogja mas, Sekolahe neng STIKOM, nyobai trek neng Halau kok luweh abot karo trek neng gunung Sumbing. (Bhs Jawa: Kami dari Jogja mas, Sekolah di STIKOM, mencoba trek ke Halau lebih susah daripada trek ke gunung Sumbing.

Mereka berempat dari Jogja mencoba nyali untuk pendakian merah putih di Gunung Halau dan baru pertama kali mereka kesini.


Pos 2

Sampai di Pos 2 (Pos Bayangan)  jam 13.17 tapi kami tidak berhenti, langsung tancap gas ke Shelter sungai Karuh.

Selepas dari pos 2 jalanan menjadi menanjak dan menuruni bukit dengan terpeleset lagi oleh licinnya medan. Baju kembali kotor, sepatu cap lumpur, hehehehe..

Dan membayar Rp. 5000 perorang melewati jembatan semipermanen dari kayu karena sungai begitu deras arusnya, sehingga dibuatkan jembatan alternative oleh suku Dayak Meratus setempat.


Shelter Sungai Karuh

Di Sungai Karuh menunjukkan jam sudah 15.49 dan kami melihat banyak tenda dipasang seperti pasar, ramai lalu lalang aktifitas orang dan kami kebingungan untuk set up tenda jadi kami beristirahat 15 menit dan melanjutkan perjalanan ke Pos 3 ( Tiranggang).

membuat camp dan api unggun di Sungai Karuh
Foto membuat camp di Sungai Karuh

Kebanyakan orang yang melakukan pendakian tidak banyak yang melanjutkan perjalanan naik ke puncak karena trek dari sungai Karuh ke Puncak sangat menanjak dan berliku-liku. Jadi peserta ada yang naik hanya sampai ke sungai Karuh menikmati air terjun Sungai Karuh dan membuat Camping disana. 

Alhamdulilah di Sungai Karuh ada penjual makanan jadi disediakan warung semi permanen untuk para petualang oleh suku Dayak Meratus.

air terjhun sungai karuh halau-halau
Foto air terjun sungai Karuh


Pos 3 Tiranggang

Perjalanan dari sungai Karuh ke Tiranggang begitu melelahkan karena trek menanjak 3x lipat dari trek dibawahnya. Sehingga butuh tenaga ekstra dan kami mengeluarkan gula merah untuk mengganjal lapar dan menaikkan power stamina tubuh.

Dalam perjalanan ini kami banyak istirahatnya. Karena trek menanjak dan kram di kaki membuat kami berhenti sebentar-sebentar perjalanan. Lalu kami olesi dengan minyak urut untuk meredakan kram di betis dan bahu.

Perjalanan sampai ke Tiranggang di guyur hujan lagi melewati pohon besar yang tumbang dan batu-batuan yang terpaksa kami merayap untuk melewatinya.

Vegetasi tumbuhan berubah kebanyakan didominasi pohon pinus. Dan sampai Tiranggan kami melihat jam menunjukkan 17.24 terpaksa kami dan Iki istirahat di Pos itu dan masak lagi.

Perut keroncongan dan hawa dingin karena kehujanan, membuat kami menggigil sehingga secepatnya kami bertindak membuat api unggun dan memasak makanan dan nasi untuk bekal.

Kami makan ikan kering dan nasi serta gula merah untuk tenaga.

Kulihati banyak orang yang membuat Camp di Tiranggang dan kami meminta panitia untuk set up tenda sebentar namun karena tas basah kuyup jadi hanya membuat api unggun.

Digigit Lintah Saat Kemah

Saat masak kulihati kaki ku ada yang merayap dan lintah banyak yang menempel di sepatu dan kakiku.

sakit rasanya digigit lintah
Foto kakiku di hisap lintah di Tiranggang

Oh my God, lintah.... Sambil berdiri dan kukipat-kipatkan lintah tersebut tetap masih menempel, kucabut dari kulit dia malah molor dan menggigit erat. Akhirnya Iki menyuruh pakai tembakau, pengalaman yang dia dapat dari TV.

Lintah suka dengan tempat yang basah dan lembab, jadi jika sobat mau camping harus dibersihkan dulu area sekitar dari daunan basah dan ranting hutan yang berserakan karena menjadi tempat lintah tinggal.

Cara Melepas Lintah Yang Menggigit

Cara melepas lintah dari kulit jangan ditarik / dicabut maka kulit bisa berdarah seperti gambar kakiku diatas. Cara terbaik yaitu cari tembakau rokok yang dibasahi air kemudian tempelkan pada mulut lintah otomatis dia akan melepas cengkramannya dan tidak sampai berdarah.

Jam 18.24 kami dan Iki memutuskan untuk melanjutkan perjalanan karena di Tiranggang banyak Lintahnya jadi ga nginep disitu. Terus cari sungai kecil dan mengisi botol aqua 1 Liter kemudian berangkat.


Hutan menjelang malam menjadi angker
Foto jalan sayup-sayup dan hawa mistis di tengah hutan

Ikuti Perjalanan : Meratus Adventure Part 5 ( Cerita Mistis dan Pendakian Merah Putih)