<!----><head> Page Not Found
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Meratus Adventure - Part 2

kompor, kami menggunakan cara manual yaitu menggunakan batu dan kayu yang berserakan di alam bebas untuk bekal masak


Pendakian Merah Putih - Menembus Belantara Meratus

Bekal yang kami bawa sudah kami catat, namun kompor portable kelupaan untuk di catat, sehingga kami terpaksa membeli dandang kecil di pasar Tanjung karena mudah untuk di masukkan kedalam back packer.

Untuk kompor, kami menggunakan cara manual yaitu menggunakan batu dan kayu yang berserakan di alam bebas untuk bekal masak. Sedang untuk minyak goreng ( bimoli) kumasukkan kedalam botol aqua 750 ml dan minyak tanah (bisa juga spirtus ) dimasukkan kedalam botol aqua 750 ml.

Perjalanan dimulai - Tanggal 15 Agustus 2016

Kami naik sepeda motor berdua dengan Iki dan membawa back packer masing - masing dan aku tambah tas kecil untuk peralatan P3k dan peralatan navigasi. Sedangkan Iki membawa peralatan tenda.

peta kalimantan selatan dan rute pendakian ke gunung
Peta perjalanan Aku dan Iki dari Tanjung - Barabai Dengan Sepeda Motor


  1. Tanjung                        : Start 13.00 Wita
  2. Tanjung - Barabai        : Sekitar 67 km atau 2 jam perjalanan
  3. Barabai - Birayang      : Perjalanannya lumayan enak, disuguhi pemandangan alam pedesaan.
  4. Birayang - Desa Kiyu  : Jalan mulai terasa rusak dan jalan mulai menyempit pada marka dan bahu jalan sehingga kecepatan sepeda motor di turunkan.

Sekilas Pegunungan Meratus


Pegunungan meratus adalah pegunungan yang membentang dari Kalimantan timur hingga Kalimantan selatan dengan ratusan puncaknya. namun dari sekian ratus puncak tersebut puncak tertingginya adalah puncak Halu-Halau yang ada di kalimantan selatan, tepatnya di kabupaten Barabai dengan tinggi 1901 MDPL. 

Perbandingan gunung di Jawa dan Kalimnatan

Gunung di tanah jawa lebih tinggi daripada gunung di Kalimantan namun hutan hujan tropis yang dimiliki di tanah Kalimantan ini sangat jauh berbeda dengan hutan yang ada di jawa. 

Kita akan disuguhkan dengan keindahan pohon Kariwaya, pohon dengan diameternya lebih dari 10 m dan tinggi pohon tersebut lebih tinggi daripada tower Telkomsel.

Dikutip dari antaranews.com 8 orang 
mencoba merentangkan tangan mengelilingi pohon Kariwaya.

Kita akan mendengar suara kicauan burung, yang burungnya aja nggak kelihatan karena saking lebatnya hutan. Dalam perjalanan ke Puncak gunung kami melihat ada 8 burung Rangkok dengan panjang sayap jika direntangkan hingga 4 meter. Sehingga jika burung tersebut terbang di angkasa suaranya seperti helikopter.

Hutan di Meratus masih alami (perawan tulen) karena penduduk setempat ( Suku Dayak Meratus) menjaga benar ekosistem hayati yang ada disana. Sehingga hutan di Pegunungan Meratus bukan hutan milik pemerintah namun hutan milik adat setempat. Merusak dan menebang hutan tanpa se-izin suku dayak setempat akan dikenakan  hukum adat yang berlaku.

hutan adat kiyu di Meratus tidak boleh ditebang dan dimiliki pemerintah

Hutan Adat bukan milik Negara.

kelelahan di kiyu 3 km dari desa kiyu
Foto Iki yang kecapekan menaiki track menanjak 
Sekitar 3 km di atas Gerbang desa Kiyu.


Suku Dayak Meratus Dan Kehidupannya

Sekitar 30 ribu warga Suku Dayak yang menghuni Pegunungan Meratus (Pegunungan Muller dan Schwaner) di pulau terbesar Kalimantan ternyata memiliki cara untuk mempertahankan kehidupan bagi keturunannya.

Karena kebanyakan Suku Dayak Pegunungan Meratus mengandalkan kehidupannya dari alam yakni lahan maka bagaimana agar lahan tersebut terjaga dan terpelihara dengan baik.

Dengan cara demikian, maka alam dan lahan selalu memberikan sumber kehidupan bagi mereka yang tinggal sekarang maupun anak cucu keturunannya.

Tanah diagih, artinya pembagian tanah menurut fungsinya, atau yang lebih dikenal adalah tatatguna lahan versi Dayak Meratus. 

Tanah diagih membagi lahan menurut fungsi dan peruntukannya, dan ini telah berlangsung dari satu generasi ke generasi berikutnya. "Menurut adat istiadat Dayak Meratus, tanah atau hutan adat dibagi menjadi :
  1. Hutan lindung.
  2. Hutan adat, 
  3. Hutan keramat.
  4. Hutan pamali.
Hutan lindung menurut suku dayak adalah hutan yang diperuntukkan untuk menjadi sumber air dan mencegah banjir dan erosi serta untuk menjaga kesuburan tanah. 

Di hutan lindung tidak diperkenankan menebang pohon dan akar-akaran serta tidak membuka ladang karena dianggap dapat merusak lingkungan. 
kampung juhu di meratus memelihara kerbau
Kampung Juhu ( Kampung Dayak tertinggi di Meratus).



Kampung Dayak Meratus


Di kampung Juhu yaitu kampung dayak tertinggi dan sekitarnya beberapa kawasan hutan yang dianggap sebagai hutan lindung yaitu :
  1. Gunung Halau Halau.
  2. Gunung Kilai.
  3. Gunung Himayung.
  4. Gunung Mansilan.
  5. Gunung Kepala Pitu. 

Hutan lindung dan gunung-gunung tersebut secara turun temurun tidak pernah dibuat ladang atau menjadi kawasan pemukiman oleh nenek moyang Dayak Meratus. 

Kemudian hutan adat, adalah hutan yang terutama diperuntukkan sebagai sumber buah dan getah seeperti getah damar.

Sementara hutan keramat adalah hutan yang terdapat di lahan pekuburan, tempat arwah nenek moyang mereka bersemayam. 

Di hutan keramat tidak diperbolehkan menebang kayu karena dianggap keramat, dan apabila terjadi pelanggaran, mereka percaya bahaya akan menimpa.

Sedangkan terakhir adalah hutan pamali, hutan ini adalah hutan tempat pemujaan, dimana terdapat terdapat pohon-pohon yang dianggap keramat misalnya pohon Kariwaya (sejenis pohon beringin). 
kampung juhu di meratus
Rumah diatas Kampung Juhu milik Rumah Adat 
Suku Dayak Meratus nan Elok dan Permai.

Pemilihan pohon yang dipuja biasanya melalui mimpi atau alamat kepada orang tertentu dari anggota keluarga, dan pemujaan dilakukan oleh beberapa KK bukan seluruh anggota masyarakat di suatu kampung. Pohon yang dipuja diperlakukan istimewa, dan diberikan sesaji setiap tahun. 

Mereka percaya bahwa di pohon Kariwaya itu berdiam mahluk halus dan karena itu perlu diberikan sesaji waktunya biasanya pada bulan September atau Oktober.

Bahan sesaji berupa ayam kampung yang dipotong, air kunyit yang melambangkan cahaya kuning matahari, lamang, telur ayam kampung, air gula merah/telaga darah dan kemenyan. 


Setelah pemberian sesaji, seluruh anggota keluarga dari beberapa KK yang tergabung dalam pemujaan itu tidak boleh masuk hutan dimana pohon yang dipuja itu berada selama tiga hari. 

Apabila pantangan itu dilanggar maka mereka percaya bahwa sesuatu yang buruk.
Misalnya : kecelakaan akan menimpa mereka. 

suku dayak di meratus memelihara kerbau
Suku Dayak Meratus memelihara kerbau untuk kehidupannya.



Ikuti Perjalanan : Meratus Adventure - Part 4 ( Cerita Mistis dan Pendakian Merah Putih).