Inspirasi M. Gufron Dengan Martabak Mafia
Usaha Martabak
Martabak adalah makanan yang sudah populer ditelinga masyarakat, namun jika melihat martabak yang satu ini benar - benar tidak mirip dengan martabak yang dikenal oleh publik. Seperti itulah nama martabak mafia.
Martabak model baru hasil inovasi dari Muhammad Gufron, yang memiliki ukuran dan rasa yang nyentrik. Makanan dengan diameter hanya 3,5 cm dilapisi rasa unik ini adalah hasil karya yang dia ciptakan. di tahun 2011 silam.
Sejarah M Gufron Usaha Martabak
Inspirasi Gufron mendapat ide martabak mafia berawal dari es krim Magnum dimana dia memperhatikan es krim yang diluarnya keras karena ada lapisan coklat dan di dalamnya berisi es krim yang lembut.Lalu Gufron yang pecinta martabak ini berimajinasi, bagaimana seandainya itu bukan es krim, melainkan martabak yang lembut isinya ?
Berganti hari imajinasinya semakin menjadi, dia bereksperimen menciptakan kreasi martabak yang ada dalam angan - angannya. Pria yang masih menempuh studi di IPB (Institut Perikanan Bogor) memulai eksperimennya.
Modal Awal Usaha Martabak
Modal awal yang dia siapkan sebesar 17,5 juta. Percobaan pertama, dia memproduksi martabak ukuran diameter 8,5 cm dengan posisi terbuka.
Kesan pertama pelanggan banyak yang tidak puas dengan hasil kreasinya. Setelah melakukan survey yang kecil - kecilan ternyata tidak sesuai dengan segmentasi pasar yang dibidiknya yaitu kawula muda.
Anak - anak menginginkan makanan yang enak, murah dan praktis serta mudah dimakan. Banyak yang enggan untuk membeli martabak karena ukurannya yang kebesaran dan rasanya cenderung monoton.
Disitulah daya kreatifitasnya bertambah yang membuat Gufron merubah bentuk ukuran dan mencoba melemparnya ke Pasar dengan harga Rp. 7000 dengan stategi penjualan ke kantin - kantin wilayah Bogor, seperti kantin kampus dan sekolah.
Kesan pertama pelanggan banyak yang tidak puas dengan hasil kreasinya. Setelah melakukan survey yang kecil - kecilan ternyata tidak sesuai dengan segmentasi pasar yang dibidiknya yaitu kawula muda.
Anak - anak menginginkan makanan yang enak, murah dan praktis serta mudah dimakan. Banyak yang enggan untuk membeli martabak karena ukurannya yang kebesaran dan rasanya cenderung monoton.
Disitulah daya kreatifitasnya bertambah yang membuat Gufron merubah bentuk ukuran dan mencoba melemparnya ke Pasar dengan harga Rp. 7000 dengan stategi penjualan ke kantin - kantin wilayah Bogor, seperti kantin kampus dan sekolah.
Artikel Lain: Gila Atau Tidak
Dia menyadari banyak pelanggan yang mempunyai perbedaan selera, sehingga dia memberi rasa berbeda untuk setiap martabaknya, ada yang dicampur keju, coklat, susu keju, kacang, dll.
Dalam merintis usaha martabaknya, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Banyak kendala dan cobaan yang harus dihadapi Gufron. Modal yang minim dan sebagai seorang mahasiswa aktif, membuat dia harus pintar membagi waktu antara kuliah dan bisnis.
Artikel Lain: Inspirasi Marji Dengan Rumah Makan Sea Food
Dia juga harus jeli dalam mengatur mana yang menjadi prioritas. Masalah lain juga dari karyawan, awal mula dia mempunyai 7 karyawan. baru beberapa bulan bekerja ada saja masalah terkadang karyawan meminta berhenti karena berbagai alasan. Sehingga Gufron harus mencari karyawan baru dan mengajari dari awal lagi.
Gufron harus menyediakan waktu dan pikiran untuk melakukan training bagi karyawan baru dan membagi waktu dengan lainnya sehingga membuat dia kerepotan.
Terobosan Usaha Martabak
Dengan banyak kendala menghadang, Gufron tidak putus asa dalam mencari solusi. Dalam tahun 2013 dia membuat terobosan strategi bisnis baru.Diantaranya membuka kemitraan dengan 3 jenis sistem yaitu :
Dia mengatur strategi baru untuk marketing dengan membidik pasar yang lebih luas di area Jabodetabek, dimana sudah ada responden dari gerai kue lapis Bogor, Javapucino, teletak di daerah UI (Universitas Indonesia) dan responden lain di Kampung Melayu.
Menurutnya, jika tidak cepat melakukan ekspansi maka bisnisnya tidak akan berkembang dan stagnan. Oleh sebab itu, dia membidik usaha menengah keatas.
Putus asa untuk melakukan ekspansi pasar merupakan bisnis yang tepat. Alhasil, usaha berbuah manis dan dia berhasil mengantongi Rp. 30 Juta / bulan dari martabak mafia hasil kreasinya.
Tips suksesnya, dia menuturkan bahwa semua itu diraih dengan kerja keras, pantang menyerah dan mau mengembangkan kreatifitas.
- Pertama, jenis investasi dengan sistem bagi hasil dan pengembalian modal.
- Kedua, jenis distribusi, dimana pembagian untuk penjual 10 %.
- Ketiga adalah reseller yaitu dijual kembali produknya oleh pihak kedua.
Dia mengatur strategi baru untuk marketing dengan membidik pasar yang lebih luas di area Jabodetabek, dimana sudah ada responden dari gerai kue lapis Bogor, Javapucino, teletak di daerah UI (Universitas Indonesia) dan responden lain di Kampung Melayu.
Dengan strategi barunya Gufron memperlebar market produksinya yang selama ini hanya di kantin - kantin sekolah berubah ke swalayan dan mal di area Jabodetabek. Yang dia bidik bukan anak muda lagi tetapi konsumen kelas menegah keatas.
Artikel Lain: Cara Menjalani Pekerjaan tanpa beban
Menurutnya, jika tidak cepat melakukan ekspansi maka bisnisnya tidak akan berkembang dan stagnan. Oleh sebab itu, dia membidik usaha menengah keatas.
Putus asa untuk melakukan ekspansi pasar merupakan bisnis yang tepat. Alhasil, usaha berbuah manis dan dia berhasil mengantongi Rp. 30 Juta / bulan dari martabak mafia hasil kreasinya.
Tips suksesnya, dia menuturkan bahwa semua itu diraih dengan kerja keras, pantang menyerah dan mau mengembangkan kreatifitas.