Inspirasi Warung Makan Murah Khusus Dhuafa
Sobat angkringan sosial, banyak dari kita yang iba dan sedih jika melihat kaum dhuafa yang tidak mempunyai kecukupan harta benda untuk makan setiap hari.
Manusia adalah makhluk sosial yang selalu iba jika melihat orang miskin yang kesulitan dalam makan dan memenuhi kebutuhan hidup.
Dulu sewaktu kecil, aku selalu diajarkan orang tua untuk selalu welas asih dalam membantu orang yang miskin dengan memberikan uang kecil untuk dibagikan kepada kaum miskin atau dhuafa.
Melihat sosok tua renta dan tidak berdaya, dengan baju robek dan penampilan yang kusam serta lusuh membuat hati menjadi iba.
Sambil mengulurkan tangan dan suara yang lirih meminta sedekah amal dari kita, aku memandangi wanita tua yang miskin itu dan aku kasih uang untuk dia hidup, sedih jika membayangkan kehidupannya.
Tapi aku merasa iri melihat orang Cina yang menjual makanan murah dengan tujuan sedekah dan menyambung hidup kaum dhuafa dalam cerita berikut ini.
Kisah Warung Murah Dengan Sedekah Kepada Kaum Dhuafa dan Orang Miskin Kota
Sedekah dimulai dengan rasa iba warung Cina Muslim di Jakarta menjual makanan serba 3.000 rupiah dimana penjual itu bermaksud untuk membahagiakan kaum miskin perkotaan.
Inspirasi warung makan murah itu adalah untuk memberikan sesuatu yang murah dan menyambung hidup kaum miskin kota dengan makanan yang enak dan harga yang terjangkau oleh orang miskin.
Sedekah Itu Bukan Saja Uang
Kebanyakan dari kita untuk sedekah selalu memberikan uang atau barang kepada kaum Dhuafa dan tidak memikirkan bagaimana uang itu akan membuat mereka bisa makan.
Makan merupakan kebutuhan pokok dan wajib yang tidak bisa ditinggalkan setiap orang, sehingga manusia pasti memerlukan makan untuk menunjang kehidupan ini.
Dari rasa iba dan terharu dengan kehidupan yang dia lihat setiap hari, orang Cina itu mendapatkan Inspirasi dan motivasi agar hidup bisa menyambung hidup (jalan bersama-sama) yaitu warung dapat buka terus dengan harga murah dan orang Dhuafa atau orang miskin bisa hidup dan makan yang layak.
Warung murah itu beralamat di Jalan Yos Sudarso Kav 28 Jakarta, di samping apartemen PT Citra Nusapala, Jakarta.
Orang miskin yang ada disekitar warung murah itu berada diundang untuk datang dan memilih menu makanan yang enak dan bergizi hanya dengan uang 3 ribu rupiah dapat memilih menu yang bergizi dan membuat perut orang miskin kenyang.
Jakarta merupakan kota dengan banyak kaum dhuafa dan miskin yang hidup tidak layak dan tinggal di kolong jembatan, tepi sungai yang kumuh, di emperan toko, dll
Banyak gelandangan dan orang miskin ibukota yang selalu bingung mencari tempat yang murah untuk mengganjal atau mengisi perut mereka dari rasa lapar setiap hari.
Warung itu bernama Podjok Halal dengan pendiri bernama Jusuf Hamka dan mempunyai inspirasi berbagi sedekah untuk semua manusia lewat makanan murah dan bergizi sebagai penyambung silaturahmi dan keberlangsungan hidup Dhuafa ibukota Jakarta.
Disediakan berbagai lauk pauk yang bergizi dan enak serta nasi yang banyak membuat orang miskin perkotaan mendapat hak istimewa dalam warung itu.
Banyak Dhuafa yang terbantu dengan kehadiran warung murah yang jika warung itu dihitung secara materi pasti akan rugi pemilik warung itu, namun Jusuf berpikiran lain.
Jusuf mempunyai motivasi yang tinggi dimana mengurangi beban penderitaan orang yang berpenghasilan rendah atau kurang dimana amal akan dibalas oleh Tuhan dengan seribu kebaikan yang mulia, dia ingin semua orang bisa makan enak dan bisa hidup lebih hemat dimana Jakarta merupakan salah satu kota yang mempunyai tingkat kehidupan ekonomi yang mahal dan membebani orang miskin.
Namun warung murah Jusuf tidak hanya melayani khusus Dhuafa tapi diperuntukkan juga untuk umum dimana menu makanan yang murah dan enak dapat dinikmati semua orang.
Suasana yang rindang dan teduh membuat warung itu ramai dengan pengunjung yang lapar dan dahaga, tempat yang bersih dan asri merupakan tempat yang cocok untuk manusia.
Manusiakan manusia, maka kamu akan dimuliakan oleh manusia dan Tuhan
Kenapa Jusuf tidak menjual makanan di atas harga standar?
Jusuf menilai bahwa penghasilan setiap orang berbeda, satu sama lain tidak sama dan makanan yang murah dan berbeda dapat membuat memuliakan manusia.
Inspirasi warung murah Jusuf itu untuk memanusiakan manusia, dimana manusia adalah manusia, kaya dan melarat adalah ukuran lahir, kita menilai orang dari ukuran batin, maka muliakan orang dan jadilah orang yang bermanfaat dan berguna bagi sesama insan.
Harga normal warung makan di Jakarta yang standar untuk makan adalah 17 ribu rupiah dan hal itu membuat Dhuafa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan perut dan oleh sebab itu banyak dari mereka yang mengais kantong sampah untuk mencari sisa makanan.
Rasa ibu itu yang membuat Jusuf harus sedekah dengan uang 3 ribu agar orang miskin dapat jatah makan murah dan dari jerih payah selama ini banyak orang miskin yang merasa puas dan bahagia dengan semua itu.
Mereka kata Jusuf perlu diberdayakan, pemerintah mungkin kewalahan dengan banyaknya kaum urban miskin kota yang membanjiri ibukota Jakarta karena untuk hidup yang layak namun kenyataan setelah datang di Jakarta semua itu tidak sesuai dengan kenyataan.
Tidak ada keterampilan, uang, dan pendidikan yang layak mereka harus mengemis dan banyak yang menjadi buruh lepas dengan penghasilan yang kecil tanpa ada jaminan kesehatan, asuransi jiwa, rumah yang layak dan makan yang enak dan bergizi.
Itulah kehidupan, semua orang pasti melalui perjalanan, ada yang membuat enak dan ada yang sakit dengan kehidupan ini.
Sehingga keberadaan warung murah Jusuf dapat menjadi sumber yang berharga untuk kehidupan mereka.
Sedekah Dalam Bulan Suci Ramadhan
Jusuf juga tidak lupa memberikan sedekah dengan membagikan ribuan porsi makan secara gratis di pinggir jalan ibukota Jakarta tidak jauh dari warung dan tempat tinggalnya.Warung murah khusus Ramadhan membantu kaum dhuafa dan gelandangan dalam mendapatkan makan gratis dan halal dimana dia sering membagikan berturut-turut setiap hari senin sampai Jumat menjelang Ramadhan tiba.
Motivasi dan Dedikasi Jusuf tercetus dalam inisiatif bahwa masa harus menunggu bulan Ramadhan kita harus sedekah dimana Tuhan sudah memberikan kelimpahan harta benda dan kemurahan rezeki dan harus kita salurkan kepada orang yang tepat dan benar-benar membutuhkan.
Jusuf selalu memberikan takjil ribuan kepada kaum urban miskin dengan harapan supaya mereka dapat pendidikan dan motivasi hidup yang lebih baik lagi.
Inti dari Jusuf berbagi untuk memanusiakan manusia (humanity social) dan tidak mengharapkan balasan uang dari siapapun hanya amal jariyah yang dia dapat.
Cerita sedih saat berbagi takjil di bulan puasa, Jusuf membagikan ribuan takjil dan ada cadangan 200 takjil untuk berbuka puasa namun banyak kaum dhuafa yang tidak kebagian takjil dan terpaksa harus minum air dan jajanan ringan.
Niat Baik Jusuf Dibalas Tuhan
Banyak orang yang sedekah tapi masih memikirkan untung rugi dimana pengeluaran uang harus dibalas uang, namun tidak untuk niat sedekah Jusuf.Dia berbagi karena panggilan hati dan kewajiban sebagai manusia dalam memanusiakan manusia.
Sedekah itu yang membuat pintu rejeki terbuka lebar dan Tuhan membalas sedekah Jusuf dari tangan yang lain dimana orang sekitar banyak yang cerita tentang warung murah Jusuf yang terkenal untuk membantu orang miskin.
Banyak pengusaha yang tertarik dengan itikad baik jusuf dimana dia dedikasikan hidup dan perjuangan untuk membantu kaum yang lemah ini, sehingga bantuan dana berupa uang secara sukarela mengalir kedalam rekening Jusuf.
Hal itu tidak terbayang dalam benak Jusuf dimana sedekah dengan makan dibalas dengan sesuatu yang berharga yaitu kebahagiaan dan kiriman dari donatur.
Para pengusaha membantu dana untuk Jusuf juga bertujuan mulia dimana mereka membantu Jusuf dengan uang dan Jusuf membantu kaum miskin dengan warung murah meriah.
Kerugian sering dialami oleh Jusuf dalam usaha warung dimana dia tidak mengambil untung sama sekali bahkan dia mengeluarkan uang lebih untuk membeli kebutuhan warung miliknya, bahkan dalam kesulitan Jusuf mencari uang untuk menghidupi warungnya, ada saja pengusaha lain yang membantu tanpa pengembalian dana.
Semakin Jusuf bersedekah dengan banyak mengeluarkan uang dengan tujuan mulia banyak donatur yang memberikan uang dengan sukarela dan itulah cara Tuhan membantu Jusuf, ada hubungan timbal balik dan saling menguntungkan dan hal itu didapat Jusuf dengan kesabaran dan sedekah yang mulia.
Dalam warung Jusuf tidak mewajibkan siapapun untuk membayar asalkan dengan alasan tidak memiliki uang dan terlihat memang tidak mampu, maka dia akan memberikan makanan untuk dibagikan secara gratis.
Pendidikan moral dan agama Jusuf yang membuat dia menjadi seperti ini.
Dengan kejadian langka seperti ini, banyak orang yang mengetahui warung Jusuf dari mulut ke mulut dan media massa yang meliput warung Podjok Halal miliknya.
Kami buka warung untuk golongan proletar yaitu pemulung, pengemis, fakir miskin, anak yatim, pengamen, gelandangan, sopir gojek, ojek, penyapu jalan atau mereka kaum dhuafa dapat makan murah dan tidak mengenal strata dan warung ini dikenal dengan nama WAPRO.
Inspirasi Jusuf dengan warung makan kepunyanya adalah agar dapat dikenal oleh orang miskin
Wapro adalah warung proletar khusus orang fakir miskin dan berpenghasilan kecil, sehingga masyarakat sekitar harus diberi informasi agar banyak orang yang terbantu dengan usaha dan amalnya.
Dari dana pengusaha yang dikelola dalam usaha warung makan Halal, dia akan membuka cabang lain di Jakarta dan sekitarnya.
Jusuf mempunyai motivasi besar dimana suatu saat orang miskin akan mendapatkan tempat yang layak untuk makan dan hidup dan warung Podjok Halal akan menjadi warung percontohan untuk Indonesia.
Semoga niat baik pak Jusuf dapat terwujud dan inisiatif ini membuat semua orang dapat berbagi, buat apa punya uang banyak dan melimpah, tapi jika kita mati tidak bermanfaat untuk dunia dan akhirat.
Manusiakan manusia agar Anda menjadi manusia yang mulia dan mempunyai keberkahan dalam hidup, dan jadilah manusia yang bermanfaat bagi sesama.
semoga Anda menjadi mulia dengan kisah Inspirasi Jusuf di atas.
Salam angkringan sosial.