Rumah Hijau Sejukkan Duniaku
Green living atau rumah hijau telah menginspirasi penduduk dunia agar mereka bisa memanfaatkan energi yang terbatas ini untuk keperluan umat manusia.
Menurut data WWF (World Wide Fund For Nature) atau lembaga non pemerintah yang peduli dengan lingkungan hijau dan anti pemanasan global, mengurangi dampak dari pemanasan global yang setiap tahun meningkat.
Rumah modern sekarang kebanyakan boros energi, dimana 80% berasal dari kesalahan desain arsitektur rumah.
Saat terjadi krisis energi di beberapa negara menjadi kan rumah hijau sebagai alternatif dalam mengurangi pemanasan global yang meresahkan masyarakat global.
Krisis tersebut di picu oleh sebagian besar pembakaran hutan secara ilegal, polusi industri, polusi kendaraan bermotor, pencemaran lingkungan, penggunaan listrik yang boros dan efek rumah kaca.
Kali ini kita berbicara dengan penggunaan listrik yang tidak ramah lingkungan, menurut WWF konsumsi listrik dunia menyumbang gas CO2 sebanyak 19%.
Pembagian listrik rumah tangga tersebut sebagai berikut, penggunaan AC 38%, penanak nasi 10%, setrika dan mesin cuci 18%, kipas 3%, televisi 2% dan lampu 5%.
Pembagian listrik industri AC 39%, lampu 24%, kipas angin 17%, luft 7% dan perlengkapan industri 13%.
Indonesia termasuk dala urutan 5 besar negara dengan tingkat penggunaan energi terboros dunia, dimana sebagai negara tropis penggunaan AC dan kipas angin mendominasi hampir semua rumah, perkantoran dan industri.
Banyak bangunan di Indonesia mulai rumah tangga sampai tingkat industri yang arsitektur bangunan tidak menggunakan kelayakan untuk rumah green house, sehingga panas di dalam rumah seperti oven jika kita tinggali tidak memakai kipas atau AC, orang rumahan tidak kuat dan tahan dengan panas.
Dalam kampanye green house, penduduk dunia di himbau untuk membangun rumah seperti di contohkan WWF bahwa aturan menggunakan listrik harus menggunakan standar keramahan lingkungan.
Rumah hijau atau green living memang harganya lumayan mahal daripada rumah subsidi yang dicanangkan pemerintah, seharusnya pemerintah memikirkan rumah subsidi dan industri menggunakan prinsip green living.
Prinsip rumah hijau atau green living seperti ini, rumah harus menggunakan atap baja ringan, menggunakan panel surya untuk keperluan listrik rumah tangga.
Konsep ruangan terbuka lebar dimana sekat ruang tamu, ruang keluarga terbuka lebar dan kamar mandi harus tertutup, jamar tidur dibuat sekat lebar dan tinggi agar pengguna betah di dalam ruangan.
Rumah hijau juga harus menggunakan bahan pengganti kayu untuk menjaga stok kayu dunia yang mulai menurun akibat penebangan ilegal yang menjadi sumber panas dunia dan naiknya gas CO2.
Green living harus syarat dengan pembuangan limbah yang bisa di olah lagi menjadi air bersih yang bisa di minum, mungkin teknik ini cocok buat negara maju yang mempunyai flow capital yang besar namun sangat sulit diterapkan ke negara miskin yang kekurangan dana.
Panel listrik jika bisa 90% di ambil dari listrik panel surya sendiri dimana matahari melimpah sinarnya sepanjang hari, bisa juga energi angin, air, gas, dll.
Penggunaan green living jika diterapkan di seluruh dunia bisa mengurangi efek pemanasan global yang semakin menggila.