Obat Stres - Abu Nawas Vs Einsten ( Humor Sufi)
Humor Abu Nawas VS Einsten
Disuatu perjalanan, Abu Nawas singgah ke Angkringan Alif, Beliau memesan es Good Day dan menikmati minumannya, selang beberapa menit, tiba - tiba datang teman lamanya bernama Albert Einsten dan mereka berdua menggelar tikar sambil berbincang dan bersambut tawa.
Hei Abu Nawas aku tahu bahwa kau orangnya paling cerdik di dunia ( kata Einsten) Yuk kita main tebak - tebakan untuk mengasah IQ dan EQ kita.
Abu Nawas tersenyum dan paham bahwa Einsten adalah orang tercerdas di dunia abad 21 jadi dia tetap tenang dan meladeni permintaan Einsten.
Aturannya begini :
"Jika Anda tidak tahu jawabannya maka Anda membayar saya hanya $ 5, dan jika saya tidak tahu jawabannya, saya akan membayar Anda $ 500, Bagaiamana setuju !". (Kata Einsten).
Abu Nawas dengan tatapan semringah setuju dengan aturan main bersama.
Einsten memulai pertanyaan pertama.
Berapa jarak dari Bumi ke Bulan ?
Abu Nawas : tidak mengucapkan sepatah kata pun, merogoh saku, dan mengeluarkan $ 5.
Sekarang, giliran Abu Nawas.
Dia bertanya kepada Einstein : Apakah yang naik ke atas bukit dengan 3 kaki, dan akan turun dengan 4 kaki ?
Einstein berfikir sejenak dan melakukan pencarian internet, serta meminta semua teman-temannya yang cerdas.
Setelah satu jam mencari jawaban...akhirnya ia memberikan Abu Nawas $ 500.
Einstein sambil penasaran bertanya: Nah, jadi apa yang naik ke atas bukit dengan tiga kaki dan turun dengan empat kaki ?
Abu Nawas : tidak bersuara, dia merogoh saku, dan memberikan Einstein $ 5
Einsten : Bengong, ternyata kecerdasanku masih kalah sama kecerdikan Abu Nawas.
Pesan Moral
Diam itu adalah emas, diam adalah ibadah yang tanpa bersusah payah, diam adalah perhiasan bibir tanpa berhias dengan pemerah, diam adalah kehebatan tanpa kerajaan, benteng tanpa pagar, kekayaan tanpa meminta kepada orang, istirahat bagi kedua malaikat pencatat amal, penutup segala aib.
“Orang yg paling saya cintai di antara kalian dan paling dekat denganku adalah orang yg baik akhlaknya, dan orang yg paling saya benci di antara kalian dan paling jauh denganku adalah orang yg jelek akhlaknya, yaitu orang yg banyak bicara, orang yg menghina orang lain dengan perkataannya dan orang yang sombong.” (HR. Ahmad dan Ibnu Abi ad-Dunya).
Seringkali, diam bisa menjadi senjata terbaik dari sekian senjata yang kita miliki. Salah satu ironi yang menarik dalam hidup adalah diam. Diam dapat membantu kita menjadi terpusat, tenang, introspektif, dan bahkan bijaksana. Dan diam sering dapat menyampaikan maksud kita dengan jauh lebih efektif daripada argument yang paling persuasif sekalipun.
Pikirkanlah betapa pentingnya diam untuk mempelajari sesuatu. Ketika kita bicara, sulit untuk mempelajari lebih banyak hal daripada apa yang telah kita ketahui. Tapi ketika dengan diam mendengarkan apa yang dikatakan orang lain, seluruh isi dunia ini terbuka bagi kita. Kita dapat mulai mengerti segala sesuatu dari sudut pandang orang lain, dan kita dapat mempunyai akses terhadap apa yang menurut pendapatnya tidak kita ketahui. Mendengarkan dengan diam merupakan kunci untuk memasuki pengalaman hidup yang lebih bermakna, lebih berpengetahuan dan empatif.
“Diam adalah suatu kebijaksanaan dan sedikit orang yang melakukannya” (HR.Ibnu Hiban)
Keseimbangan antara bicara dan diam adalah kuncinya, kita harus tahu kapan bicara dan kapan harus diam. keseimbangan ini hanya kita yang tahu. Coba renungkan.. Jika saat ini kita terlalu diam dan kurang bisa bicara, maka belajarlah untuk bicara tanpa menyakiti ! Namun bila kita sudah terlalu banyak bicara, maka sebaiknya diam.!